Senin, 29 September 2008

Aku Mau Mencium Aroma Ketaqwaan itu…

(Renungan Detik-Detik Akhir Ramadhan)

Hari ini 29 Ramadhan 1429H.

Berarti sehari lagi Ramadhan menggenapkan kunjungan 30 harinya dalam kehidupan kita saat ini. Karena insya Allah 1 Syawal jatuh pada 1 Oktober 2008.

Apakah yang kita rasakan selama hampir sebulan menjalankan perintah shaum Ramadhan? Allah menjanjikan jika kita shaum ramadhan maka ”la’allakum tattaquun”. Kita akan menjadi orang yang bertaqwa. ”La’alla” adalah harapan yang pasti terjadi, kata sebuah kajian bahasa dan tafsir.

Sekali lagi, apakah kepastian itu terjadi pada kita? Diluar berbagai tingkatan derajat taqwa, apakah kita telah mencium aroma ketaqwaan itu pada diri kita. Saya merasakannya! Dan ini juga ada pada diri Anda. Jika pembaca menjalani shiamurromadhon dengan lurus.

Ini bukan ge-er atau merasa ’sok suci’. Karena saya melihat ciri-cirinya itu ada pada diri para shoimiin.

Mari kita buka mushaf Al Qur’an kita. Buka Surat Ali Imran ayat 133. Mari kita baca ayatnya............... Lalu kita baca artinya:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabb-mu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Wow, Alhamdulillah. Subhanallah.

Dengan shaum kita jadi bertaqwa. Dengan taqwa kita mendapatkan ampunan Allah. Tak hanya ampunan. Tapi juga surga seluas langit dan bumi. ... Lupakan rumah tipe 21 di Cikarang. Lupakan rumah tipe 45 di Tangerang, tipe 70 di Bekasi, dan berapapun di manapun di muka bumi ini.

Tapi, benarkan kita telah bertaqwa. Sehingga layak mendapatkan ampunan Allah setelah shaum Ramadhan?

Saya mengamati sebagian besar umat Islam, bergembira menyambut panggilan Allah selama bulan Ramadhan ini. Mereka bersegera menjemput ampunan itu. Masjid penuh. Adzan selalu bersambut. Maghrib, Isya dan Subuh adalah saat-saat yang tiba-tiba menjadi indah di masjid-masjid kita di bulan ini.

Maghrib, mereka tunda makanan enak.
Karena air putih dan beberapa butir kurma sudah cukup melepaskan lapar dahaga. Apalagi ada es buah. Lalu bersegera shalat berjamaah di masjid.

Isya’, lupakan acara TV yang makin kacau dan liberal. Selama bulan Ramadhan ini pasti banyak yang tertinggal alur cerita sinetron. Dan tak merasa rugi! Karena panggilan Allah lebih menarik. Bersegaralah mereka mengisi shaf-shafnya. Sehingga masjid terasa sempit.

Tak hanya shalat Isya’, tarawih dengan bacaan tartil dan tuma’ninah terasa kian indahnya. Membawa mereka mi’raj ke langit Allah. Ceramah tarawihpun menyirami dan menghidupkan kembali pojok-pojok hati yang mulai kering dan layu.

Setelah itu malam-malamnyapun diisi dengan tilawah al Quran. Di masjid maupun di rumah. Demi mengejar target menghatamkan Al Quran. Al Quran menjadi bacaan utama di bulan ini.

Subuh,.... oh subuh yang selama ini sepi masjidku.

Terasa seperti sore hari yang benderang. Bergegas mereka memenuhi seruan sempurna sang muadzin. Wajahnyapun cerah berseri, tak ada gelayut kantuk. Selama ini dua shaf sudah sangat menggembirakan. Kali ini seluruh shaf masjid terisi penuh! Subhanallah.

Mereka bersegera memenuhi panggilan Allah. Melaksanakan perintah-perintah-Nya. Demi mendapatkan ampunannya. Karena bulan ini adalah bulan maghfirah. Ini adalah sebagian tanda-tanda ketaqwaan itu.

Ada lagi!
Saya melihatnya!

Here we go. Baca ayat selanjutnya...... Jangan lupa pula baca pula artinya, kalau kita belum paham bahasa Arab.

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Di bulan ini, kas masjidku melonjak tinggi. Setiap hari 600-700 ribu rupiah mengalir ke dalam kotak amal yang beredar. Rekor tertinggi adalah 935 ribu. Pada tanggal banyak karyawan menerima THR. Subhanallah. Dalam lapang dan sempit mereka berinfak. Bahkan sampai ketika sebagian jamaah mulai pulang kampung, infak yang masuk masih di atas 500 ribu.

Selain itu?

Di bulan ini kehidupan menjadi indah. Karena tak ada lagi amarah yang meledak-ledak. Menahan amarah begitu mudahnya. Islah juga menjadi mudah. Saling paham memudahkan mereka saling memaafkan. Saking indahnya sehingga Allah memuji mereka dengan firmannya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Ada lagi? Ya. Ciri-ciri ketaqwaan itu ada lagi pada para shoimin. Seperti digambarkan Allah pada ayat selanjutnya. Yaitu ayat 135:

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Oh, subhanallah. Coba saksikan diri kita. Adakah kita yang terbebas dari kesalahan dan mendholimi diri sendiri? Lalu di bulan ini, tiba-tiba kita bersimpuh di masjid-masjid Allah. Banyak mengingat-Nya dan memohon ampunannya.

Asyhadu an laa ilaaha illa Allah
Astaghfirullaah
As’alukal jannata
wa a’uudzubika minannaar.

Terdengar dzikir ini dari masjid tetangga. Lalu di masjid yang lain sayup-sayup terdengar pula:

Allahumma innaka ‘afuwwun
Tuhibbul ‘afwaa fa’fu ‘anna….

Rasanya tidak ada shoimin yang tidak mohon ampun pada bulan ini. Sealim apapun ia. Karena saat ini Allah justru terasa sangat dekat. Karena saat ini level kualitas ruhiyah kita berada pada derajat optimal. Berada pada frekuensi yang sama dengan ’frukuensi’ ilahiyah.

Ampunan dimohonkan. Pasti karena kesadaran akan kesalahan yang telah dilakukan. Salah meniti jalan yang menyimpang. Salah berfikir dan menafsir ayat-ayat Allah. Salah menempatkan arogansi pribadi di atas firman-Nya. Salah mengkotak-kotakkan area kekuasaan. Di mana ada kotak kekuasaan manusia. Dan di kotak lain ada kekuasaan Allah.

Tiba-tiba kini terasa dengan kesadaran fitrahnya: Bahwa semua kotak itu ada dalam genggaman kekuasaan Allah Azza Wa Jalla.

Maka di samping mohon ampun atas segala dosa, para shoimin berjanji di dalam lubuk hati terdalam: mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu di bulan-bulan selanjutnya.

Benar kan saya tidak ge-er? Aroma ketaqwaan itu telah ada pada diri kita. Para shoimin.

Semoga, dengan terus menjaga ma’iyatullah, kebersamaan dengan Allah, kita mampu mempertahankan ketaqwaan itu di bulan-bulan selanjutnya. Hingga Ramadhan tahun depan. ..... Atau ..... hingga ajal menjelang.

[Dalam hatiku sayup terdengar firman Allah

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran : 102)]

Amiin.............

Cikarang Baru, 29 Ramadhan 1429 H/ 29 September 2008

Choirul Asyhar, Islamic Motivation