Kamis, 13 Maret 2008

Maulid Nabi di Kampungku (Dulu)

Setiap tahun sebagian umat Islam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Hari kelahiran Nabi Muhammad. Yaitu setiap tanggal 12 Rabiul Awal menurut penanggalan hijriyah. Tahun ini Maulid Nabi jatuh pada tanggal 20 Maret 2008.

Peringatan Maulid Nabi awalnya diadakan pada zaman dinasti Fatimiah tahun 300-an Hijriyah. Lalu pernah digunakan untuk memompa semangat tentara Islam pada zaman perang salib. Momen ini digunakan oleh Salahuddin Al Ayyubi untuk memutar kembali perjuangan Muhammad Rasulullah dan para sahabatnya di segala bidang demi tegakkanya Islam di muka bumi. Benar saja ternyata mengenang perjuangan beliau dan para sahabatnya membangkitkan kembali semangat tentara Islam dalam perang salib yang melelahkan itu.

Kini peringatan Maulid Nabi terus dilaksanakan oleh sebagian besar kaum muslimin. Ada berbagai cara untuk mengisi Maulid Nabi. Di kampung-kampung tradisional banyak dilakukan dengan tukar-menukar makanan dengan tetangga. Menurut KH. Hasyim Muzadi dalam tulisannya di Republika, ini adalah wujud kecintaan sesama sebagai bukti kecintaan kepada Baginda Nabi.

Dulu, pada masa kecil saya, memasuki bulan Mulud (Bulan Jawa yang bertepatan dengan bulan Rabi’ul Awal) pasar menjadi sangat ramai. Nenek dan Kakek saya memiliki sebuah toko di area pasar itu. Karena itu saya yang tinggal di sana bisa merasakan betul geliat warga desa memasuki bulan ini. Di pasar, jalanan di tutup untuk kendaraan bermotor. Karena dijadikan arena pasar kaget. Jualannya macam-macam. Mulai makanan, mainan anak-anak yang terbuat dari tanah liat yang berbentuk miniatur alat-alat dapur, sampai topeng macan, monyet dan hewan lainnya yang terbuat dari adonan kardus yang dicetak lalu dilukis menyerupai wajah berbagai hewan. Saat itu belum ada tokoh-tokoh kartun Jepang, sehingga tidak dijual topeng power ranger, ultraman, spiderman, batman dan sebagainya. Keramaian pasar ini hampir sama dengan keramaian menjelang lebaran. Saya senang saja, karena ini berarti pengunjung toko Nenek saya jadi melimpah juga. Apalagi nenek saya memang berjualan alat-alat dapur yang terkena imbasnya keramaian grebeg maulid ini.

Kini keramaian itu tak ada lagi. Pemahaman momen maulid untuk meningkatkan kualitas ruhiyah berbekal kecintaan kepada Rasulullah, mengurangi keramaian pasar. Yang beralih pada perenungan dan kajian di masjid-masjid. Pembedahan siroh Nabi, membuka wawasan umat Islam bahwa untuk mencintai Rasulullah diperlukan langkah nyata meneruskan dakwah Islam. Memoles dan memperbaiki kepribadian muslim sedekat mungkin dengan kepribadian Nabi, karena beliau adalah uswah hasanah. Teladan yang baik. Apalagi tantangan semakin besar. Dakwah Islam tidak semudah dulu. Banyak angin kencang dari kanan dan kiri yang kalau tidak kita antisipasi bisa menjatuhkan bangunan Islam yang dibangun oleh pendahulu kita dengan susah payah.

Peringatan Maulid Nabi tidak hanya dengan saling tukar makanan, belanja mainan untuk anak-anak kita, sholawatan di surau-surau. Tapi bisa lebih dari itu. Atau bisa pula yang tidak ada relevansinya dikoreksi.

Tukar menukar makanan, misalnya. Ini adalah budaya baik untuk diteruskan. Karena Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk berbuat baik dengan tetangga. Kalau tidak baik pada tetangga, Rasulullah mengatakan bahwa mereka dianggap tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Tetapi budaya ini perlu diperbaiki, bahwa memberikan makanan kepada tetangga bisa dilakukan kapan saja. Bahkan sangat baik jika dilakukan tidak hanya setahun sekali, tapi lebih sering demi menjalin silatrahim. ”Meskipun hanya sebutir kurma.” kata Rasul. Apalagi diberikan pada saat tetangga sekitar kita benar-benar membutuhkannya. Tidak ada kelaparan di sekitar kita. Karena kata Rasulullah, tidaklah beriman kita jika kita tidur nyenyak sementara ada tetangga yang kelaparan. Apalagi kalau sampai mati kelaparan.

Membelikan mainan untuk anak-anak. Siapa bilang ini bukan kebaikan? Menyayangi anak. Hanya saja, sama dengan memberikan makanan, membelikan mainan tidak harus dilakukan pada saat hari kelahiran Nabi. Membelikan mainan bisa kapan saja saat diperlukan. Belum lagi dengan jenis mainannya. Mainan edukatif sudah banyak dijual, yang bisa merangsang kecerdasan emosional, merangsang keseimbangan otak kanan kiri.

Sholawat? Apalagi ini. Ini adalah perintah Allah. Bahkan tidak hanya bagi kita. Allah dan para malaikatpun mengucapkan shalawat kepada Nabi. “Sesungguhnya Allah dan para malaikat bersholawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kepadanya dan ucapkan salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)

إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

Maka bersholawat kepada Nabi memang diperintah oleh Allah. Tidak hanya pada peringatan maulid Nabi, tapi juga di kesempatan-kesempatan lainnya. Bahkan setiap hari, paling tidak kita mengucapkan shalawat 10 kali dalam tasyahud pada saat sholat 5 waktu. Ditambah sholat-sholat sunnah, pasti lebih banyak lagi. Juga dalam dzikir pagi dan petang. Juga dalam pembuka setiap doa, kita selalu membaca pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi. Plus pada setiap nama Muhammad disebut, kita disunnahkan menjawabnya dengan shalallahu ’alaihi wasallam.

Rasulullah, mengatakan setiap ada umatnya yang bersalam dan shalawat, maka dia bermohon kepada Allah agar ruhnya dikembalikan dan beliau menjawab salam itu.

Maka shalawat dalam momen peringatan maulid Nabi hendaknya ditingkatkan tidak hanya mengharapkan pahala dan syafaat atas ucapan itu, tapi sebagai bentuk cinta kita kepada Rasulullah SAW. Dan cinta kepada Rasulullah tidak hanya di hati dan di mulut tapi juga dalam tindakan kita. Dalam bentuk mengikuti sunnah-sunnahnya. Dan ternyata mengikuti sunnah-sunnah Muhammad juga sebagai bentuk kecintaan kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah :

قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31).

Maka momen peringatan Maulid Nabi bisa dijadikan pengingat sebarapa tinggi cinta kita kepada Allah dan Rasulnya, di mana itu diwujudkan tidak hanya dalam bentuk shalawatan tapi bagaimana kita melaksanakan sunnah-sunnahnya, sehingga Islam ada tidak hanya sekedar nama.

Cikarang Baru, 5 Rabi’ul Awal 1429H/13 Maret 2008